ALEXIS DAN DUNIA MALAM DI IAIN
(oleh : A. N. Muthmainnah)
Kampus merupakan tempat berkumpulnya kaum
Intelektual yang menamai diri mereka sebagai Mahasiswa yang konon katanya di dunia
ini hanya terdapat dua Maha, Yakni Maha kuasa dan Mahasiswa. Kampus juga adalah
tempat dengan segenap dinamika dan animo mahasiswa sebagai pemangku peradaban masa
depan bangsa sekaligus penyambung lidah rakyat, dengan harapan menyemai kehidupan
yang lebih baik lagi dikemudian hari. Sehingga tak heran kampus sering disebut sebagai
tempat peradaban, terlebih lagi dengan kampus-kampus yang berbasis agama
seperti IAIN Sultan Amai adalah salah satu kampus peradaban Islam di Gorontalo.
Banyaknya kegiatan-kegiatan produktif
yang dilakoni hampir seluruh mahasiswa IAIN mulai dari organisasi Intra maupun Ekstra,
membuat lingkungan kampus selalu ramai. Kita bisa menjumpai berbagai macam kelompok
diskusi dihampir setiap sudut kampus. Diskusi kelompok atau kajian-sebagaimana sebutan
mahasiswa-tidak hanya dilakukan siang hari, namun biasanya berlanjut hingga malam
hari. Pesatnya kegiatan positif yang dilakukan oleh mahasiswa juga turut diimbangi
oleh kegiatan-kegiatan negatif. Pasalnya kegiatan nongki-ngongki (baca:kumpul-kumpul) dikampus yang ramai dijumpai ketika
malam hari merupakan muara dari aktifitas negatif yang sering dilakukan mahasiswa. Hal ini turut didukung
dengan keadaan kampus pada malam hari yang minim penerangan, ditambah lagi dengan
banyaknya tempat-tempat seperti gedung rektorat yang belum jadi beralih fungsi sebagai
spot berswafoto disiang hari dan pada
malam hari sebagai tempat untuk ‘main’ gelap-gelapan, gedung UKM yang remang dan
masih banyak lagi tempat-tempat minim penerangan di kampus yang strategis sehingga
kegiatan negatif tadi berjalanan dengan efektif. Pasalnya, di beberapa tempat tersebut
sering ditemukan banyaknya botol-botol bekas minuman keras, pembungku sobat
yang digunakan untuk doping, alat kontrasepsi
bekas pakai hingga pakaian dalam wanita.
Pertanyaannya adalah, kemana para petugas
keamanan kampus selama ini yang seharusnya mampu menertibkan kegiatan nongki-nongki yang berujung menenggak minuman
keras bahkan ‘main’ gelap-gelapan. Pihak kampus yang seakan tidak mau tahu dengan
kinerja petugas keamanan duduk manis bertelekan dagu di ruangan ber-AC berdalih mempunyai urusan penting mengenai
akreditas kampus dan mengabaikan masalah moral. Semestinya pihak kampus memberlakukan
jam malam bagi mahasiswa, lebih memperhatikan tempat-tempat gelap yang
membutuhkan penerangan dan menindak lanjuti oknum-oknum yang terkait didalamnya.
Mengingat bukan hanya mahasiswa yang turut meramaikan aktifitas ‘dunia malam’
tetapi beberapa oknum dosen juga turut ambil bagian seakan tak mau ketinggalan.
Pada awal tahun 2017 kemarin, didapati pasangan mesum yang merupakan oknum dosen
dengan mahasiswinya. Kabar tersebut terus beredar luas tidak hanya di wilayah kampus
melainkan juga di luar kampus dengan sanad yang terus bersambung. Hal ini tentu
memerawani status IAIN sebagai salah satu kampus berbasis agama yang disucikan.
Banyaknya organisasi berlabel Islam
dengan bendera Merah, Kuning, Hijau, rupa-rupa warnanya yang pengikutnya tumbuh
subur seperti jamur di musim hujan nampaknya juga tidak mampu berdiri paling
depan, angkat megaphone bakar
ban-kemudian mengganggu aktivitas perkuliahan-dan menyuarakan untuk menindak lanjuti
aktifitas ‘malam’ di IAIN, dengan Alibi manusia tidak pernah luput dari salah dan
dosa sehingga mencoreng nama IAIN dengan membiarkan aktifitas ‘malam’ tetap berjalan
dengan khidmat dan syahdu. Seperti ketika mereka mati-matian membela Ideologi
Negara sehingga menolak Radikalisme dan ORMAS anti Pancasila. Atau ketika berapi-api
meneriakan keadilan tentang kaum muslim Rohingya yang terusir. Bungkamnya mahasiswa
terhadap persoalan ini secara tidak langsung melegalkan aktifitas-aktifitas haram
tersebut. Nampak jelas semut diseberang pulau,
Gajah dipelupuk mata tak nampak.
Jika dibiarkan terus, ekspetasi masyarakat
luas terhadap eksistensi IAIN dengan mahasiswa yang memiliki ilmu agama yang
mumpuni dan dianggap mampu menjawab persoalan mengenai jebloknya moral anak bangsa,
berbanding terbalik dengan realita yang ada. Justru banyak mahasiswa-bahkan dosen-IAIN
turut andil dalam menyumbang penyebab rusaknya moral anak bangsa. Jangan sampai
IAIN akan bernasib sama dengan hotel Alexsis yang berakhir dengan ditutupnya
hotel tersebut karena adanya praktek prostitusi. Bedanya Alexis dan IAIN adalah
ketika pemerintah menerima berbagai macam laporan mengenai adanya praktek prostitusi
di Alexsis, mereka langsung menindaki. Tetapi di IAIN banyak yang tahu adanya aktifitas
dunia ‘malam’ malah membutakan diri dan bungkam menolak untuk bicara. Olehnya jangan
salahkan jika bertebarnya beragam asumsi bahwa para punggawa-punggawa kampus juga
terjun langsung meramaikan ‘dunia malam’ di IAIN dan takut tercyduk jika mengangkat kasus ini dalam kajian rutin mereka apalagi
sampai angkat megaphone.
Yang paling ditakutkan jangan sampai hal tersebut menjadi dosa
warisan untuk generasi selanjutnya. Semestinya kita harus segera mengambil
langkah cepat dan tepat untuk menghentikan aktifitas 'dunia malam' di IAIN
Gorontalo. Tidak perlu saling adu argumen tentang siapa yang paling bertanggung
jawab mengenai hal tersebut, karena ini merupakan tanggung jawab kolektif. Pihak
kampus seharusnya lebih meningkatkan penjagaan saat malam hari, ada MENWA yang
gagah berani dengan loreng yang sudah memberikan kesan 'menakutkan'. Kita punya
banyak Dewa retorika di kampus yang lebih kaliber dari Harry Potter untuk
menyihir pengikut-pengikutnya. Mau tunggu Ultramen datang? Dia sibuk mengatasi
monster yang turun tiap seminggu sekali di Tokyo. Batman apalagi dia lebih
serasi dengan rival sejatinya, Joker.
Salut sama penulisnya. Bahasanya itu looh.. Bikin iri..
BalasHapusKapan eee..
Bisa jago mengurai kata2 bgtu?
Biar lumayan dapa liya banya, mar nda bikin bosan mo baca, krn menarik dp cara menyampaikan..
Godjob bagi penulis.. ����
terimakasih kak. kita semua juga masih belajar. jadi mari saling membagi ilmu, kalau mau bisa datang dan diskusi dengan penulis langsung di sekret Humanika gedung UKM IAIN Gorontalo lantai 2.
HapusKeren tulisanya
Hapus